Selasa, 11 Oktober 2011

Hasil kreasi



Hasil kreasi imajinas layaknya newbie... iseng-iseng mendalami dunia fotografi.

Senin, 18 Juli 2011

Potensi Wisata Spiritual Di Wonosobo

Potensi wisata spiritual di wonosobo tak kalah menariknya dengan wisata alam. Wisata spiritual di wonosobo salah satunya adalah pengambilan air suci di 7 sumber mata air yang akan digunakan dalam prosesi birat sengkolo dalam rangka menjelang hari jadi wonosobo. Dan kebetulan saya ikut serta dalam perjalanan tersebut dan berhasil mendokumentasikannya dalam bentuk foto maupun video. 7 sumber mata air tersebut meliputi : Tuk Bimolukar (Dieng), Goa Sumur (Dieng), Tuk Mudal (Mudal), Tuk Surodilogo (Desa Pagerejo), Tuk Tempurung (Desa Jaraksari), Tuk Kaliasem (Desa Gondang), dan yang terakhir Tuk Mangli (Desa Kejiwan).Yang menarik dari acara tersebut antara lain cara pengambilan air yang diikuti dengan prosesi bakar menyan dan persembahan sesaji-sesaji yang dilakukan oleh sesepuh yang tergabung dalam HPK (Himpunan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagian orang memiliki pemikiran bahwa prosesi diatas merupakan sesuatu yang bisa dibilang musrik, namun dibalik semua itu terselip makna yang sangat dalam. Dan setiap sumber mata airnya pun memiliki makna yang berbeda-beda pula. Saya pun sedang mempelajari makna tersebut dari salah satu sesepuh yang pernah saya temui. Berikut ini akan saya sertakan beberapa foto yang sempat saya dokumentasikan dalam acara tersebut diatas.

Tuk Bimolukar





Goa Sumur



Tuk Mudal




Tuk Surodilogo




Tuk Tempurung



Tuk Kaliasem






Tuk Mangli


Rabu, 13 Juli 2011

WONOSOBO PERMAI/KOTA JELITA

Laksana dalam impian
Djika ku kenang Wonosobo permai
Hawa sedjuk ditiup baju
Lemah berbisik berhembus s’lalu

Padi kuning keemasan
Di lereng Sindoro – Sumbing megah
Berselimut awan, nan tebal
Hilang segala sedih dan susah

O, sungguh tiada terkira
Keindahan alam,
Penawar segala perasaan … perasaan nan laju

Melihat berbagai puspa
Di sekeliling gedung – gedung indah
Sungai Seraju nan gembira
Riuh menghibur kota djelita

-------------------------------------------------

Syair lagu seorang perempuan yang pernah tinggal di Wonosobo pada masa-masa revolusi kemerdekaan,
yang diabadikan oleh Soemindro, Mantan Bupati Wonosobo (periode 1946-1949) |
Dalam buku “MATA AIR PERADABAN DUA MILLENIUM WONOSOBO”
karya H.A KHOLIQ ARIF, OTTO SUKATNO CR, Penerbit LKiS

Senin, 29 November 2010

Alasan Kenapa Pramugari Rata-Rata Harus Perempuan

Karena kalo bences maka inilah yang terjadi...

"Eheemm... Para pere n lekong, yuhhuu... atensiong pliss deyh... Bekudis tempel semen alias ledis en jentelmen... Sesuai peraturan penerbangan, jadi eike di mawar melati anggrek berbunga-bunga sepanjang hari, mao tawarin yiey cara makarena sabuk pengaman yeiy.. aih emangnya koendom kale aah, pengaman... hihihihihi...!! Coba sindang liat eike cara pasang itu sabuki yang ngelilit dipinggang yiey, cara ngunciin biar yiey enggong kelepas nanti kalo pesawatnya jedukan, cucok kan??!!! Baju ngapung ada di bawah kursi yeiy masing-masing, jengong dipakarena kecuali nanti mas kapiten ngajak yeiy semua nyemplung ke lautan berenang bareng ya boo!!! Eiitts, jengong lupita, itu perkakas jangan yeiy pindah-pindahin ya, apalagi dibawa polo ke ruminah... Najis tralala tau.. Terus yang ketauan sama eike, bakalan disentilin kanan kiri atas bawah depan belakang deh iih... Cara makarena nya, itu bejes dikalungin di leher yeiy. Etong-etong jengong sampe kekencengan ntar yeiy gak bisa napas ya booo... Oke deehh capcuuuss terbang... Jengong lupita berdoa ye cyinnn.. emmm.. Yyuukk...